Ruang Narasi
SINDIKASI TJOKRO CORNER
Tjokroisme: Monoteisme Dialektika Historis
Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator - H.O.S. Tjokroaminoto

Kami Umat Islam (Bangsa) Indonesia!


TJOKROCORNER, ESAI -
Sebagai muslim Indonesia, kita telah banyak diracuni oleh isme kebangsaan yang jelas membuat identitas sebagai muslim semakin terkisis habis hanya tinggal nama yang tak punya kuasa! 

Padalah al Quran sudah menyatakan. “Saksikanlah, bahwa kami adalah muslimin”(QS Ali Imron : 164) 

Hal ini sungguh upaya desain yang dibuat musuh Islam, Fremansonry yang didukung kekuasan penjajah– Imperialis/Kolonialis Kerajaan Protestan Belanda, sejak awal mula kedatangan mereka ke wilayah Nusantara atau Biladil Jawi.

Kita, Muslimin umat Islam- sudah sejak awal diberikan preferensi kebangsaan lewat Politik Historiografi-nya

Menyebutkan, bahwa titik nol semangat kebangsaan Indonesia berawal dari Boedi Oetomo (BO), sebuah perkumpulan elitis para bupati Jawa – antek-antek Belanda dan Freemasonry yang tidak punya tujuan dan kemerdekaan Islam

Sanad perjuangan kebangsaan Indonesia tersambung kepada hadirnya BO! Ini salah besar dan kekeliruan yang menyesatkan! 

Boedi Oetomo dan organisasi Freemasonry mempunyai hubungan yang erat, seperti yang terlihat pada kongres Boedi Oetomo yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 3-4 Oktober 1908. 

Kongres ini pada awalnya direncanakan akan diselenggarakan di loji Freemasonry, tetapi karena loji tersebut digunakan untuk acara lain, maka kongres tersebut dilaksanakan di tempat lain. 

Kongres tersebut sebenarnya dilaksanakan di logegebouw, sebuah bangunan loji Freemasonry. 

Orang-orang di Yogyakarta menyebutnya sebagai “Rumah Setan”, tetapi pada waktu itu rumah tersebut hanya diperkenankan untuk satu tim yang akan mengadakan tentoonstelling (pameran) gambar. (Soeharto dan Ihsan, 198)

Adhyaksa Dault mencatat beberapa kasus yang menyangkut sikap para pendukung nasionalisme yang “netral secara agama”. 

Boedi Oetomo memosisikan Islam dan umat Islam sebagaimana yang termuat dalam Peristiwa Djawi Hisworo (1918), Kitab Darmogandul (1918), wawancara dengan Soetomo dalam Indische Courant (1928), majalah Timboel (1929), dan tulisan-tulisannya dalam majalah Bangoen dan Soeara Oemoem (1930).

Posisi Boedi Oetomo pada hakikatnya menentang paham kelompok Islam dan menghina ajaran Islam (Artawijaya, 2010a ; Dault, 2005). 

Koran Djawi Hisworo yang terbit di Solo tahun 1918 memberitakan bahwa kelompok nasionalis sekuler itu mengeluarkan tulisan-tulisan Marthodharsono dan Djojodikromo yang menghina Nabi Muhammad dan menyebutnya sebagai pemabuk dan tukang pecundang candu (Dault, 2005).

Empat pemimpin Boedi Oetomo adalah anggota Freemasonry, kecuali Nomor 4. 

Raden Adipati Tirto Koesoemo (Nomor 1) adalah presiden van Boedi Oetomo pada tahun 1908–1911 dan merupakan anggota Freemasonry yang ditunjuk di loji Mataram pada tahun 1895 (T. Stevens, 2004). 

Nomor 2 adalah Pangeran Ario Noto Dirodjo dari Istana Pakualaman yang merupakan presiden van Boedi Oetomo pada tahun 1911–1914, bergabung dengan loji Mataram pada tahun 1887, dan memegang berbagai posisi manajemen dalam Freemasonry (T. Stevens, 2004). 

Pangeran Ario kemudian menjadi ketua Boedi Oetomo pada tahun 1911–1914. 

Nomor 3 adalah Raden Ngabehi Wediodipeoro (Dr. Radjiman), yang merupakan presiden van Boedi Oetomo pada tahun 1914–1915 dan menjadi Freemason sejak tahun 1922 (T. Stevens, 2004 ; Van der Veur, 1976). 

Sedangkan nomor 4 adalah RM Ario Soerjo Soeparto yang kemudian dikenal dengan nama Mangkoe Negoro VII. Dia adalah presiden van Boedi Oetomo. 

Ia tidak dikukuhkan sebagai anggota Freemasonry tetapi memberikan dukungan untuk penerbitan Wederopbouw, sebuah majalah yang dipengaruhi oleh pemikiran teosofis mistisisme dalam Freemasonry (Tollenaere, 1996 ). 

Bahkan, RAA Wiranatakoesoema (Bupati Bandung tahun 1920–1931 dan Cianjur tahun 1912–1920, serta anggota Volksraad tahun 1922–1935. 

Van den Veur mencatat bahwa beberapa kelompok priyayi juga menjadi anggota Freemasonry (Van der Veur, 1976 ).

Kuliah Subuh, Ramadhan ke-12/12 Maret 2025

Tulisan ini ditorehkan oleh Nunu A Hamijaya, seorang sejarawan masa depan.

Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Syarikat Islam Indonesia | Pemuda Muslimin Indonesia | KasmanPost
Copyright © 2025 - TJOKRO CORNER - All Rights Reserved
Template by Cara Gampang Published by Cargam Template
Proudly powered by Blogger